Ketika ini terungkap, salah satu orang tua korban mulai curiga karena perilaku anaknya yang cenderung berubah dan sering terlihat ketakutan saat harus pergi ke sekolah. Kecurigaan tersebut mendorongnya untuk bertanya langsung kepada anaknya dan akhirnya, kasus pencabulan ini pun terbongkar. Orang tua tersebut segera melapor kepada pihak sekolah dan pihak berwenang untuk tindakan lebih lanjut. Penyelidikan lebih dalam dari pihak kepolisian dan wawancara dengan saksi mata, mengungkapkan bahwa tindakan bejat ini telah berlangsung selama beberapa bulan.
Pihak berwenang menyatakan bahwa kejadian ini berlangsung di berbagai tempat, termasuk dalam beberapa ruangan di sekolah dan lokasi lainnya yang disediakan oleh pelaku. Kepala Sekolah yang mengetahui informasi dari orang tua korban segera bertindak dengan mengumpulkan informasi dari murid-murid lain dan staf sekolah. Setelah cukup mendapatkan bukti, pihak sekolah bersama aparat hukum mengambil langkah untuk menangkap pelaku dan melindungi para korban. Polisi menyatakan pelajar yang menjadi korban pencabulan yang dilakukan oknum Pak Guru di Garut menjadi 8 orang. Polisi masih terus melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut.
Aksi pelecehan seksual yang dilakukan oknum guru cabul berinisial OM (38) menghebohkan warga Garut di akhir bulan Juli 2024 lalu. Kasusnya terungkap usai salah seorang orang tua korban melapor ke polisi. OM lantas diamankan polisi tanpa perlawanan di rumahnya saat itu. Kemudian, dia diperiksa dan langsung mengakui perbuatannya. Saat ini, tersangka sudah ditahan polisi di Polres Garut. Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAID) turun tangan untuk mendampingi para korban. Menurut Ketua KPAID Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan penyidik, untuk berkolaborasi menangani para korban.
Dampak Psikologis pada Korban dan Keluarga
Kasus pelecehan seksual yang terjadi di Garut oleh seorang oknum guru memberikan dampak psikologis yang sangat mendalam bagi para korban. Anak-anak yang menjadi korban pencabulan sering kali mengalami trauma yang berkepanjangan. Trauma ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk gangguan tidur, kecemasan, depresi, serta rasa takut yang terus-menerus. Mereka mungkin merasa bingung, malu, dan bersalah atas apa yang mereka alami, meskipun mereka sebenarnya adalah pihak yang tidak bersalah.
Tak terelakkan, keluarga korban turut merasakan dampak berat dari peristiwa ini. Orang tua sering kali merasa kecewa, marah, dan tidak berdaya karena tidak mampu melindungi anak-anak mereka dari kejadian tersebut. Perasaan bersalah dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri kerap muncul, yang kemudian bisa memengaruhi dinamika hubungan dalam keluarga. Situasi ini mengingatkan kita akan pentingnya peran keluarga dalam memberikan dukungan moral dan emosional kepada anak-anak yang menjadi korban.
Langkah Hukum dan Upaya Pencegahan
Tindakan hukum terhadap pelaku kasus pencabulan ini sangat tegas. Setelah laporan diterima, pihak berwenang segera melakukan penyelidikan dan berhasil menangkap tersangka. Proses hukum berlanjut dengan dakwaan serius yang diajukan terhadap oknum guru tersebut. Pelaku kini menghadapi sejumlah pasal yang mencakup pelanggaran terhadap perlindungan anak dan tindakan pelecehan seksual. Pengadilan akan memproses kasus ini dengan seadil-adilnya, memastikan bahwa keadilan bagi para korban dapat ditegakkan.
Untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang, berbagai upaya telah direkomendasikan. Pertama, kebijakan baru di sekolah harus diterapkan. Ini termasuk peningkatan skrining latar belakang bagi calon guru dan staf, serta pengawasan yang lebih ketat terhadap aktivitas yang melibatkan interaksi langsung dengan siswa. Selain itu, sekolah perlu mengadopsi kode etik yang ketat dan menjamin bahwa setiap pelanggaran akan ditangani dengan serius.